Dihancurkan oleh Ekspektasi

كَيْفَ يَكُونُ طَلَبُكَ اللاَّحِقَُ سَبـبًا فى عَطَاءِـهِ السَّابِقِ

“Bagaimana mungkin permintaanmu yang datang belakangan, itu bisa menjadi sebab pemberian Allah yang telah ditetapkan dan diputuskan lebih dahulu.”


    Qoul Ibnu Athoillah diatas menampar keras, akan ekspektasi yang kita timbulkan dari hal-hal yang tidak terjangkau oleh logika kita sendiri, kenapa demikian ? kenapa kok bisa gini-gitu? iya, sering kali kita menanyakan hal tersebut, padahal segala sesuatu sudah ditetapkan sebelumnya oleh Allah. 

lantas, apakah tidak boleh ketika ber-ekspektasi demikian ? jawabannya, boleh-boleh saja -manusiawi, akan tetapi perlu diingat bahwa  Sungguh tidak masuk akal kalau permintaan kita yang baru sekarang, itu menjadi sebab pemberian Allah yang sudah lalu. Sesungguhnya keputusan Allah dalam menentukan peraturan alam ini sudah ditentukan/tetapkan dalam zaman ‘azal sebelum adanya alam ini, dan termasuk juga segala kebutuhan hajat hidup semua makhluk termasuk kita manusia, artinya sebelum kita meminta sesungguhnya Allah sudah menentukan apa yang diberikan kepada kita. Yakni Allah sudah memberi sebelum kita meminta. Sebagai contoh kita tidak/belum pernah meminta hidup tapi Allah sudah memberi kehidupan, sewaktu kita masih dalam alam kandungan sampai kita lahir, dan dimasa kanak-kanak, kita belum pernah meminta bahkan belum tahu caranya meminta hajat kebutuhan kita, Allah sudah terlebih dahulu memberikan semua hajat kebutuhan kita sehingga kita bisa hidup sampai sekarang, dan itu sama berlaku seterusnya.

Karena itu jangan mengira seolah-olah Allah lupa dengan hajat kebutuhanmu, sehingga kamu harus mengingatkan Allah supaya memberikan hajat kebutuhanmu. Kalau memang demikian kepercayaanmu terhadap Allah, berarti benar-benar engkau belum mengenal Allah dalam sifat kesempurnaanNya.

Segala sesuatu yang terjadi dialam ini, semata-mata dari qudrat dan irodatnya Allah secara mutlak, sehingga tidak disandarkan pada ‘ilat/sebab musabab (karena ini dan itu).

maka, bagaimana solusinya ? 

ibnu Athoillah al-askandary kembali menuturkan :

 ليقلّ ما تفرح به يقلّ ما تحزن به

    hendaknya, menyedikitkan hal  (ekspektasi) yang membuat kita bahagia, maka akan sedikit pula kesedihan yang ditimbulkan (dari ekspektasi tersebut).

sekian, 



Comments

Popular Posts